Ketupat adalah makanan tradisional yang terbuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa muda lalu direbus hingga matang. Selain itu, Ketupat menjadi lambang permohonan maaf dan keberkahan. Ketupat itu terbuat dari anyaman janur yang rumit, agar membentuk suatu wadah yang kuat. Ibarat sebagai masyarakat Indonesia yang beragam suku, budaya, agamanya, tetapi tetap bisa bersatu padu dalam Bhineka Tunggal Ika. Sesuai dengan anyaman janur yang berbeda-beda arah, tetapi tetap membentuk satu kesatuan yang kuat. Makna dari anyaman ketupat yang di ikat adalah mengikat erat tali persaudaraan di Indonesia, terutama dalam agama Islam. Dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, semua bersatu untuk merayakan Lebaran dengan ketupat. Bentuk ketupat yang rumit mengajarkan kepada kita tentang kesabaran dan ketelitian. Selain itu, butuh keahlian khusus dalam pembuatannya.
Sejarah ketupat pertama kali diperkenalkan oleh salah seorang Walisongo yang mengajarkan agama Islam di pulau Jawa yakni Sunan Kalijaga. Pada masa itu, Sunan Kalijaga dengan cerdasnya menggunakan ketupat sebagai media penyebar dakwah dan menyampaikan pesan-pesan Islam dengan cara yang mudah dipahami dan diterima oleh penduduk Jawa pada abad ke-15 dan 16 yang saat itu masih beragama Hindu, jadi Sunan Kalijaga melakukan percampuran dua kebudayaan, agar agama Islam bisa diterima baik oleh penduduk jawa yaitu dengan membaurkan pengaruh budaya Hindu dengan nilai keislaman agar saling bertemu dan memengaruhi yakni melakukan akulturasi budaya antara Jawa dan Hindu dengan nilai keislaman.
Sunan Kalijaga juga memperkenalkan tradisi bakda lebaran atau bakda kupat yang merupakan budaya dirayakan satu minggu setelah lebaran. Pada hari itu masyarakat selalu menyajikan ketupat di setiap rumah. Biasanya di berikan kepada kerabat dekat atau orang yang lebih tua untuk menjalin kerukunan dan rasa kebersamaan. Ajaran Sunan Kalijaga membagikan ketupat sebagai sarana pendekatan budaya dengan inisiatif penyebaran agama Islam dengan tujuan mengajak untuk memeluk agama yang dibawanya.
Filosofi ketupat yang bermakna "ngaku lepat" dalam bahasa Indonesia memiliki arti mengakui kesalahan dan "laku papat" (empat tindakan). Filosofi ini mengajarkan kita untuk saling memaafkan antar sesama dan memulai lembaran baru yang lebih baik, apalagi setelah bulan Ramadhan. Selain itu, anyaman ketupat melambangkan ikatan yang kuat antar sesama. Ibarat tali silaturahmi yang terjalin erat, ketupat juga mengingatkan kita untuk selalu menjaga persaudaraan dan kebersamaan. Empat tindakan yang dimaksud yaitu: Luberan (melimpahi) yaitu diambil dari kata luber yang memiliki arti melimpah dan memberi sedekah kepada yang membutuhkan. Leburan (melebur dosa) dari kata lebur memiliki makna meleburnya dosa yang pernah di buatnya. Lebaran (pintu ampunan terbuka lebar) yaitu diambil dari kata “lebar” memiliki arti pintu ampun yang dibuka lebar untuk orang lain. Laburan (menyucikan diri) berasal dari kata kabur yang memiliki makna menyucikan diri dan menjadi putih ibarat menjadi bayi kembali.
Selanjutnya, isian beras dalam Ketupat melambangkan hawa nafsu, sedangkan daun kelapa muda atau janur merupakan singkatan dari jatining nur yang berarti cahaya sejati atau hati nurani. Secara keseluruhan, Ketupat melambangkan manusia yang mengendalikan nafsu dengan mengikuti hati nuraninya. Dalam bahasa Sunda, ketupat juga dikenal sebagai "kupat", memiliki makna bahwa manusia tidak boleh ngupat, atau dalam arti luasnya, tidak boleh menyebarkan hal-hal yang buruk atau negatif kepada orang lain. Ketupat juga diartikan sebagai jarwa dhosok yang berarti mengaku lepat, dengan pesan yang terkandung bahwa seseorang harus mengakui kesalahan yang telah dilakukan terhadap orang lain.
Anyaman ketupat yang bersilang-silang itu ibarat catatan dosa atau kesalahan sebagai manusia. Kadang banyak, kadang rumit. Sementara isinya ketupat nasi putih yang menunjukkan kesucian hati manusia setelah memaafkan kesalahan orang lain. Bentuk sempurna dari ketupat melambangkan kemenangan bagi umat Islam setelah sebulan berpuasa selama bulan Ramadhan sebelum merayakan Idul Fitri. Nasinya sendiri memiliki makna sebagai simbol kemakmuran dan kebahagiaan. Bentuk segi empatnya memiliki makna prinsip “kiblat papat lima pancer” memiliki makna bahwa kemanapun manusia pergi, pada akhirnya mereka akan kembali kepada Allah swt. Adapun bungkus ketupat yang berwarna hijau kekuning-kekuningan dianggap sebagai salah satu tolak bala atau perlindungan. Kemudian, daun kelapa muda yang lentur, mencerminkan sifat manusia yang mudah dibimbing, dan diajarkan untuk memperbaki kehidupan yang lebih baik.
Perayaan Lebaran Ketupat merupakan bentuk penghargaan bagi umat Islam yang telah menjalankan puasa Syawal setelah sebulan berpuasa Ramadhan. Selain itu, Lebaran Ketupat bisa dimaknai sebagai simbol kebersamaan dan kasih sayang. Tradisi Lebaran Ketupat bukan hanya sekadar makan ketupat, tetapi juga mengandung harapan untuk mengakui kesalahan dan saling memaaafkan satu sama lain. Selain itu, mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan. Tradisi menikmati ketupat ketika Lebaran telah ada sejak nenek moyang, dan menjadi warisan leluhur yang memperkuat persatuan bangsa. Menunjukkan bahwa ketupat bukan hanya makanan, melainkan juga warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Di era modern ketupat tetap eksis dan digemari oleh para generasi. Bahkan sekarang sudah banyak kreasi ketupat kekinian, seperti ketupat karakter dan ketupat instan. Ketupat merupakan simbol kebersamaan yang melekat dalam budaya Indonesia, terutama dalam agama Islam. Selain itu, ketupat mengajarkan kita pentingnya persatuan, kerukunan, dan saling berbagi dengan sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar